Deburan ombak menyambut lembut bibir pantai hati diri ...
Begitu gemetarnya raga diri tak mampu meredamkan hasrat yang terpendam ...
Entahlah ini resahnya rindu benar atau rindu kotor yang diam-diam menyambut jelaga jiwaku ...
Disuatu malam-Nya diri bersama gigilnya hembusan Sang bayu-Nya ...
Berseteru dalam alam pikiran diri dengan tubuh yang lemah ...
Merenungi malam-malam-Nya bersama tembang-tembang masa silam ...
Diriku terhanyut tenggelam dalam lautan gelora rindu atasnya.
Dia, yang selalu terpahat indah pada cahaya Sang Surya-Nya ...
Dia, yang telah memasuki ruang hening semesta diriku penuhi malam-malam pekat-Nya ...
Dia, yang telah menjadi embun pada setiap getas pagi-Nya ...
Untuknya rindu ini telah menjadi separuh dalam langit-langit jiwa-Nya ...
Untuk dirimu, aku sambut gelora malam bersama terbit fajar-Nya ...
Agar kembali terang tentang indahnya kerinduan ...
Karena dirimu dambaan hati dan jiwa yang tak bisa terlukiskan ...
Jadilah dirimu udara pada setiap hembusan nafas ku dalam aku menapaki jalan-Nya ...
Aku lipat sinar cahayamu dalam lemari kaca diri-Nya, Aurelida Rastapara ...
Dalam diam hening diri ini aku kunci semau rasa itu ...
Salam santun dari langit-langit cinta kasih Tuhan ...
by: Rajawali Bersorban Putih